Senin, 28 September 2015

Who Makes This Magic? // Part. 3 : Kim Soo Bin-ssi ?



“Ji Young-a..” sergahnya begitu telfon tersambung.

Ada apa, Soo Bin?” terdengar suara tanya seorang laki-laki di seberang dengan penuh semangat.

Ia adalah Ji Young. Sahabat Soo Bin yang lain.

“Kau merindukanku?” tanyanya menggoda, dan diakhiri dengan suara tawa yang lolos dari kerongannya.

Soo Bin tidak menanggapi godaan Ji Young, atau mungkin ia memang tidak mendengarnya karna terlalu bersemangat dengan ide bodoh yang tiba-tiba muncul di otaknya. “Aku ingin meminta bantuanmu.”

Ji Young menghelan nafas kecewa, “Sudahku duga,” gumamnya dari seberang. “Katakan, apa yang bisa aku bantu untukmu?”

“Gunakan semua koneksimu untuk membuat pemimpin Star Media Entertaiment bersedia meluangkan sehari saja dari seluruh hari-hari sibuk Yesung untuk bertemu denganku.”

“MWO?” pekik Ji Young. “Apa maksudmu sebenarnya? Apa sindrom fans girl-mu belum hilang?”

“Emmm…” Soo Bin bergumam mengiyakan.

“Tapi kenapa Yesung, bukankah kau mengidolakan Donghae?”

“Yoon Hee..” jawab Soo Bin, “Ia sangat menyukai Yesung.”

“Tunggu,” kata Ji Young masih berusaha memproses apa maksud dari kata-kata Soo Bin. “Apa kau berfikir dia bisa membantumu dengan Yoon Hee?”

“Tidak ada salahnya mencoba.”

“Katakan, kalau kau bercanda.” Perintahnya sambil tertawa karena tak percaya, tapi lebih terdengar tawa meremehkan. “Apa kau sudah benar-benar putus asa? Bagaimanapun itu mustahil.”

Soo Bin terdiam, menahan kesal. “Ini hal terakhir yang terpikir olehku.” Jawab Soo Bin sinis.

Ji Young akhirnya sadar kalau Soo Bin sudah mulai kesal padanya. Ia tahu seperti apa gadis itu akan bereaksi jika sedang kesal.

“Baiklah, terserah padamu.” katanya mengalah. “walaupun kedengarannya aneh, aku akan melakukannya untukmu.”

“Gumawo,”

“Tapi perlukah aku merahasiakan ini dari Jonghyun-ssi?” tanyanya.

“Bagaimana menurutmu?” Soo Bin meminta pendapat.

“Aku rasa, ya.” Jawabnya.

“Baiklah, kalau begitu kita rahasiakan ini darinya.”

“Emm…” Ji Young mengangguk, “Kapan kau mau bertemu Yesung?”

“Secepatnya.”

“Tepatnya?”

Soo Bin terdiam sebentar, sebelum menjawab. “Besok, jam dua siang, di Café Bin.”



Yesung terbangun dengan kepala pusing. Mungkin karena ia terlalu lelah dan kurang tidur. Ia sampai di rumah sudah lewat tengah malam. Di tambah lagi ia masih harus berdebat dengan Donghae untuk beberapa saat, dan ia tidak bisa langsung tidur setelahnya. Ia terus melamun di atas ranjangnya, menyelesaikan menulis lirik lagu yang di minta Donghae, ia baru berangkat tidur dini hari tadi dan sekarang jam 07.35 WKS. Ia mungkin hanya tidur tiga jam dalam sehari.

Yesung bangun dari ranjangnya dengan malas. Kakinya meraba-raba lantai kamarnya yang dingin dan menemukan sandal bulunya yang hangat. Ia berjalan keluar kamar, dan melihat Donghae yang siap di meja makan, tampak berbicara dengan seseorang yang ada di dapur, “Kau sudah bangun, hyung?” tanya Donghae dengan senyum yang hangat, saat melihat Yesung menuruni tangga.

Yesung mengangguk pelan dan duduk di samping kursi tempat Donghae, “Tuan Jang datang pagi-pagi sekali hari ini.” Ujarnya sambil mengangkat dagu, menunjuk ke arah dapur, seolah memberi tanda pada Yesung untuk melihat ke arah sana.

“Memangnya ada apa?” tanya Yesung lemas, sambil menuangkan air mineral dari botol milik Donghae ke gelas kosong di depannya.

Donghae mengangkat bahu, “Dia bilang ada sesuatu yang dia ingin bicarakan denganmu.” Jawabnya.

Yesung telah menghabiskan air mineral di gelasnya saat berkata, “Mungkin ia ingin memberiku kabar baik hari ini.” Celotehnya.

“Kabar baik?” ulang Donghae. “Seperti apa misalnya?”

“Libur dari rutinitas yang padatku.” Cletuk Yesung datar.

Donghae menyungging senyum menghina di sudut bibirnya, “Jangan terlalu berharap, hyung.” Ujarnya. “Kemarin kau baru mendapat cuti, dan kalau pun kau mendapatkannya, kau harus menggunakannya untuk menyelesaikan lagu yang aku minta.”

“Ah, sial.” Umpat Yesung pelan. “Aku lupa tentang hal itu, tapi tidak bisakah kau membiarkanku beristirahat, jangan membuatku tertekan dengan memaksaku menyelesaikaanya.” Ujar Yesung terdengar frustasi.

No no no..” kata Donghae sambil menggerakkan ibu jarinya ke kanan dan kekiri secara bergantian, “Lagu itu harus selesai sebelum aku mulai rekaman untuk album baruku, aku mau menjadikannya lagu utama di album itu.”

“Apa judul albummu?”

“The First And The Last Love.”

“Aku jamin fans-mu akan berkurang sangat banyak kalau kau memakai judul itu untuk albummu, apa lagi kau mereka tahu aku yang menulis lagu itu.” Yesung mencoba memberi tahu.

Ani, itu tidak akan terjadi. Fans-ku justru akan bertambah, bertambah dua kali lipat dari sebelumnya.”

“Aku tidak yakin.” Jawab Yesung bersikeras.

Donghae mengangkat bahu tak acuh, “Terserah, yang penting selesaikan lagu itu.” berintahnya.

Mereka terlalu asik berbincang-berbincang sampai tidak sadar kalau menager mereka, Tuan Jang Hyung Suk, telah berdiri di seberang meja makan mereka. Ia membawa sebuah nampan yang cukup besar, berisi dua mangkok nasi, dua mangkok sup toge, kimchi, buah apel dan jeruk yang sudah di potong dan di kuliti, serta tidak lupa vitamin untuk ke dua artisnya.

“Istriku sengaja bangun pagi-pagi untuk menyiapkan sarapan untuk kalian,” kata Tuan Jang memberi tahu sambil menurunkan makan dari nampan, lalu duduk di kursi di seberang Donghae dan Yesung duduk.

“Maaf merepotkan,” kata Donghae.

“Apa gunanya meminta maaf, aku memang harus menyiapkan semua ini untuk kalian,” katanya sambil menyandarkan punggung ke kepala kursi, “Kalau mau tidak merepotkanku, berhentilah bersikap egois.”

“Sudah lama kami berhenti.” Ujar Yesung lirih.

“Aku juga bersyukur dengan hal itu, syukurlah selalu ada hikmah di balik suatu kejadian.” Balas Pak Jang sinis.

Mendadak suasana jadi hening.

Donghae terdiam sebentar, lalu dengan ragu ia meraih sendoknya, melahap sesuap nasi dan sop toge sebelum menjawab, “Kami benci orang lain mengganggu prifasi kami.”

“Privasi apa maksud kalian? Seorang idol tidak akan memiliki privasi, apapun tentang kalian sudah tertulis secara gamblang di ratusan blog di internet.”

Donghae hendak membantah, tapi Yesung berujar lebih dulu, “Kau mau bicara apa denganku? Apa telah terjadi sesuatu?” tanya Yesung sambil melipat kedua tangan di depan dada dan ikut bersandar di kepala kursi.

Perhatian Tuan Jang langsung terpusat pada Yesung, “Aku hanya ingin memberi tahu jadwalmu hari ini.”

“Aku sudah tahu jadwalku, kau sudah mengirimkannya kemarin.” Kata Yesung.

Tuan Jang mengeleng, “Ada sedikit perubahan,”

“Apa maksudnya?”

Pak Jang menjauhkan punggungnya dari kepala kursi dan mencondongkan badan lebih dekat dengan meja makan saat berkata, “Direktur ingin kau pergi suatu tempat untuk bertemu seseorang siang nanti.” Katanya.

“Memangnya ada apa?” sergah Donghae.

“Aku juga tidak tahu.” Kata Tuan Jang.

“Siapa orang itu?” tanya Yesung. “Rekan bisnis Direktur?” tebaknya.

“Aku rasa bukan, dia seorang gadis berusia dua puluh tahunan, atau lebih muda.” Jawab Tuan Jang tidak begitu yakin.

“Mugkin dia fansmu, hyung.” Donghae menepuk bahu Yesung sambil tersenyum, menggoda.

“Mungkin,” jawab Pak Jang.

“Jadi dimana dan kapan aku harus bertemu dengannya?”

“Siang ini, jam dua, di café Bin.”



Soo Bin sudah menunggu hampir satu jam, bukan karena orang yang membuat janji dengannya datang terlambat, tapi karena hari ini ia sangat bersemangat untuk bertemu dengan orang yang membuat janji dengannya, itu sebabnya ia datang beberapa menit lebih awal karena ia tidak mau memberikan kesan yang kurang berkenan pada pertemuan pertama mereka.

Soo Bin meraih vanilla latte-nya. Ia sudah menghabiskan satu gelas vanilla latte, dan gelas yang sekarang ada di genggamannya adalah vanilla latte-nya yang ke dua. Ia menyesap dengan sabar, lalu kembali melirik jam tangannya. Tepat pukul 14.05 KST.

Soo Bin merasa semakin tegang. Ia tidak tahu bagaimana ia harus bicara agar bisa menyakinkan seseorang. Ia menghentak-hentakkan sepatunya ke lantai dengan pelan, mencoba mengurangi ketegangannya.

Beberapa menit kemudian, seorang laki-laki yang sedang ia tunggu akhirnya datang. Laki-laki itu mengenakan celana jins biru pudar, kaos abu-abu yang pas ditubuh, dan jaket hitam yang menambah keren penampilannya.

Laki-laki itu tampak mencari-cari seseorang. Soo Bin tahu laki-laki itu mencarinya. Ia lalu berdiri, seolah memberi tahu pada laki-laki itu kalau dialah orang yang sedang di cari.

Laki-laki itu tampak menyadari tanda yang diberikan Soo Bin. Ia melihat seisi ruangan di café, cafe itu sepi. Sepertinya direktur sudah mengatur semuanya dengan baik, dan gadis itu juga memilih tempat duduk yang sempurna, di sudut ruangan. Yang tidak akan terlihat orang dari luar, kecuali orang-orang itu masuk kedalamnya.

Laki-laki itu berjalan mendekati Soo Bin. “Nona Kim Soo Bin?” tanyanya saat sampai di depan Soo Bin.




To be continue...

0 komentar:

Posting Komentar