Laki-laki itu berjalan mendekati Soo
Bin. “Kim Soo Bin-ssi?” tanyanya saat sampai di depan Soo Bin.
Soo
Bin mengangguk, “Annyeonghaseo, Yesung-ssi.” Ujar Soo Bin memberi
salam.
“Annyeonghaseo.”
Yesung membalas. “Kau sudah lama menungguku?” tanyanya kemudian.
“Belum,
aku juga baru datang.” Jawab Soo Bin berbohong. “Silakan duduk.” Soo Bin
mempersilahkan.
Yesung
membalas dengan senyum, lalu duduk di ikuti Soo Bin yang kembali duduk, di
seberang kursi Yesung duduk.
“Kau
mau minum atau makan sesuatu? Biar aku pesankan untukmu.” Soo Bin menawarkan.
“Tidak,
terima kasih.” Ujar Yesung jujur. “Oh, ya, aku dengar dari direktur, ada
sesuatu yang ingin kau bicarakan denganku, Nona Kim.
Benarkah itu?”
tanya Yesung dengan ramah.
“Ah,
iya.” Pekik Soo Bin baru ingat. Soo Bin terdiam sejenak sebelum memulai. Ia
menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya pelan, “Jujur saja, sebenarnya aku
ingin meminta bantuanmu.” Terang Soo Bin.
Yesung
sedikit terkejut saat mendengar jawaban Soo Bin, “Bantuan apa?”
“Aku
punya seorang teman yang sangat mengidolakanmu.” Soo Bin memulai. “Tapi
sekarang dia sedang terbaring di rumah sakit.” Soo Bin terdiam.
“Oh,
aku ikut menyesal.” Kata Yesung prihatin. “Dia sakit apa?” tanyanya kemudian.
“Dia
tidak sakit, dia..” Soo Bin kembali terdiam, tampak sedih.
Seolah tahu kalau perasaan canggung
sedang di rasakan gadis di depannyaa, Yesung berujar, “Tidak perlu kau katakan
kalau itu terlalu sulit.”
“Tidak,
tidak apa-apa.” Sergah Soo Bin, “Aku harus mengatakannya. Sebenarnya itulah
alasanku ingin bertemu denganmu sekarang.”
“Mwo?”
pekik Yesung tidak mengerti.
Soo
Bin melihat kebingungan di wajah Yesung yang kentara, “Dia koma.” Ujarnya
memberi tahu, “Apa itu mengejutkanmu?”
“Mwo?”
pekik Yesung sekali lagi.
Suasana
mendadak jadi hening. Soo Bin tidak tahu bagaimana ia harus membujuk Yesung
agar mau meluangkan waktunya untuk menjenguk Yoon Hee. Sedangkan Yesung hanya
diam. Otaknya sedang memproses semua ucapan gadis yang baru ia temui, bicara melantur setelah mereka baru beberapa menit bertemu.
Apa gadis di depannya ini waras?
Yesung
melayangkan pandangan menyelidik ke arah gadis di depannya. Gadis itu tidak
tampak sedang bercanda, wajahnya menunjukkan ekspresi cemas dan sedikit takut.
Dia juga terlihat sangat polos dan sederhana. Yesung tahu saat menyadari
penampilan Soo Bin.
Gadis
itu tidak berdandan seperti kebanyakkan gadis seusianya, tapi ia tetap terlihat
cantik. Ia juga memakai pakaian yang tidak berkesan terlalu feminim, tapi
terlihat jelas kalau pakaiannya itu pakaian mahal. Ia mengenakan kemeja model
wanita dari kain berbahan sifon dengan warna pink pucat, memakai celana yang
jauh di atas lutut dengan warna putih. Rambutnya yang kecoklatan dan
panjang, di ikat ekor kuda dengan rapi. Ia memakai tas srempang berwarna putih,
jam tangan dan sepatu bertumit tinggi, yang tingginya kira-kita hanya lima
senti, dengan warna yang senada.
“Bagaimana, Yesung-ssi?”
tanya Soo Bin dengan nada ragu yang terdengar jelas dalam suaranya, yang
menyadarkan Yesung dari lamunannya.
Yesung
terperanjat pelan, “Ah, iya.” Ujarnya cepat, karna terkejut.
“Benarkah?”
pekik Soo Bin terkejut, dan salah paham.
Yesung
tidak paham dengan pertanyaan Soo Bin, “Apanya yang ‘benarkah’?” tanyanya
kemudian.
“Jawaban
‘iya’ mu tadi.”
“Ah,
itu.” cletuk Yesung paham, “Emm.. Sebenarnya aku tadi tidak begitu tahu
maksudmu.” Ungkap Yesung mengakui. “Kau bilang temanmu sedang terbaring koma di
rumah sakit, lalu kau memintaku menjenguknya, tapi untuk apa? Sepertinya aku
menemukan maksud lain dari sekedar menjenguk temanmu, bisakah kau memberi
tahuku yang sebenarnya? Aku tidak mungkin bisa membantu kalau kau tidak
mengatakan semuanya padaku. Tolong jelaskan semuanya.” Pinta Yesung panjang
lebar.
“Ceritanya
panjang,” Ujar Soo Bin terdengar menyesalkan. “Kesimpulannya, aku hanya ingin
memintamu menjenguknya. Bagaimana?” tanya Soo Bin menegaskan.
“Aku
tidak bisa menemui sembarang orang.” Ujar Yesung dengan nada yang menyebalkan.
Tiba-tiba
perasaan kesal mulai menjalar di tubuh Soo Bin, mengalahkan perasaan cemas yang
tadi berkecambuk dalam dirinya, “Apa kau selalu semenyebalkan ini?” tanya Soo
Bin tiba-tiba.
Yesung sedikit terkejut mendengar
pertanyaan Soo Bin yang tiba-tiba yang tidak sesopan sebelumnya, tapi sebuah
senyum terukir disudut bibirnya beberapa saat kemudian. Gadis itu sedang kesal.
Ia menyadarinya dan berfikir bahwa mempermainkan Soo Bin mungkin menyenangkan. “Hanya
di
saat-saat tertentu.” Balas Yesung mengejek.
“Jadi
kau mau menjenguknya atau tidak?” tanya Soo Bin geram.
“Aku
akan menjenguknya, tapi..” Yesung terdiam sebentar, lalu
memasang
ekspresi serius.
Soo
Bin ikut terdiam, perasaan kesalnya menghilang, dan perasaan tegang kembali,
“beri aku satu alasan untuk menjenguknya.”
*
* * * *
“Jadi
siapa yang kau temui hari ini?” tanya Donghae pada Yesung di sela-sela
istirahat mereka.
Yesung
sedang asik mengutak-ngatik walkman-nya saat Donghae bertanya, “Seorang gadis.”
Jawab Yesung acuh tak acuh.
“Jadi
benar dia fansmu?” tanya Doanghae kembali menggoda.
“Sepertinya
bukan.” Jawab Yesung datar.
“Lalu?”
“Seorang
gadis yang mungkin gila.”
“Hah?”
“Seorang
gadis yang memintaku untuk menemui temannya yang sedang koma.” Jawab Yesung.
Donghae
mengerutkan kening, memandang bingung pada hyungnya, “Aku benar-benar
tidak tahu maksudmu, hyung. Apa kau bisa bicara lebih jelas?”
Yesung
meletakkan walkman-nya, lalu memandang Donghae seolah akan mendongenginya, “Kau
tahu Global Corporation?”
Donghae
mengangguk.
“Kim
Jonghyun?”
Donghae
kembali mengangguk.
“Gadis
itu bernama Kim Soo Bin, adik tiri dari direktur utama Global Corporation, Kim
Jonghyun.” Yesung memberi tahu.
Donghae
terdiam, tampak memproses kata-kata Yesung. Yesung mengilangkan ke dua tangan
di depan dada, lalu bersandar di punggung sofa, “Gadis itu memintaku menemui
sahabatnya yang sedang koma,” Yesung kembali memulai. “Kau paham yang aku
bicarakan, kan?” tanya Yesung saat melihat Donghae yang sedang memandanginya
dengan serius, seolah kata-katanya sulit untuk dicerna.
Donghae
mengangguk, “Lanjutkan.” Pintanya kemudian.
“Aku
pikir dia bercanda, tapi saat aku mengamatinya, aku yakin aku salah. Dia serius
dengan kata-katanya.”
“Tunggu..”
potong Donghae. “Jadi nona muda dari Global Corporation itu ingin kau
mengunjungi sahabatnya yang sedang koma?” tanya Donghae, Yesung mengangguk.
“Lalu untuk apa dia memintamu melakukannya?”
“Dia
percaya kalau aku bisa membantu dengan sahabatnya.”
“Dia
harap kau bisa membuat sahabatnya bangun, begitukan?” tanya Donghae menebak.
Yesung
mengangguk pelan.
Donghae sontak tertawa
terbahak-bahak setelah melihat anggukkan Yesung, Yesung tidak bereaksi.
Ia juga tidak meminta Donghae untuk berhenti. Dia juga ingin tertawa saat
pertama kali mendengar kenyataan yang di ucapkan Soo Bin, tapi wajahnya yang
sedih membuat Yesung tidak tega melakukannya.
Perlahan-lahan
tawa Donghae mulai mereda. Kemudian masih sambil memegangi perutnya yang kaku,
ia mulai memandang Yesung serius dan bertanya, “Lalu apa yang kau katakan
padanya? Apa kau mau datang menjenguk sahabatnya itu?
Tidak, kan?”
tanya Donghae terdengar mengejek.
Yesung
mengangkat bahu, “Aku tidak punya alasan untuk menolak permintaannya.” Jawab
Yesung.
Donghae
kembali mengerutkan kening, “Maksudmu?” tanyanya. “Kau percaya sahabatnya itu
akan sadar kalau kau menjenguknya? Kau bukan dokter, hyung.”
“Awalnya
tentunya tidak, bahkan sampai sekarangpun aku tidak percaya kalau aku sudah
berjanji akan datang menjenguk sahabatnya itu.” ujar Yesung sambil bergidik.
“Lalu
kenapa kau berjanji untuk datang? Bagaimana
bisa kau melakukan hal yang bahkan dokter saja tidak bisa lakukan?”
“Awalnya
aku minta dia untuk memberiku satu saja alasan untuk menjenguknya, aku pikir
dia tidak akan menemukan alasan yang bisa membuatku terkesan, tapi kau tahu apa
yang ia katakan?” tanya Yesung tersenyum simpul.
Donghae
menggeleng ragu, masih dengan senyum mengejeknya yang mengembang di wajahnya.
“Beri aku satu alasan untuk menjenguknya.” Pinta Yesung.
Soo Bin terdiam sejenak, tampak ragu sebelum menjawab. Ia
tampak berfikir. Kalau ia salah bicara, mungkin Yesung benar-benar tidak akan
pernah mau datang menjenguk Yoon Hee.
“Aku menunggu, Nona Muda.” Ujar Yesung membuyarkan lamunan
Soo Bin.
Soo Bin menarik nafas panjang, lalu memandang lansung ke
mata Yesung, “Karena mengharapkannya bangun dengan
kedatanganmu adalah
satu-satunya yang terpikir olehku. Mungkin itu memang mustahil, tapi percaya
atau tidak, sudah sangat banyak hal mustahil yang terjadi pada kami. Membuatnya
bangun adalah satu-satunya cara untuk membuatnya tetap hidup. Waktunya sudah
hampir habis, kalau sampai saat itu dia tidak bangun, mungkin dia memang tidak
akan bangun untuk selamanya.” Soo Bin menjelaskan, ekspresi sedih kembali
menghiasi wajah cantiknya.
Yesung mendengarkan dengan setia, mencoba bersabar dan
mengikuti penjelasan Soo Bin.
“Apa pernah terpikir olehmu, oppa, kalau saat dia
pergi akan ada banyak orang yang berduka? Akan ada seorang ibu yang
menangisinya? Kalau akan ada seorang sahabat dan seorang laki-laki yang jauh di
dalam hatinya ikut menangis saat ia pergi?” tanya Soo Bin dengan suara parau.
Matanya mulai berkaca-kaca, “Melihatnya tidak sadarkan diri saja sudah sangat
menyakitkan untukku yang hanya seorang sahabat, lalu seberapa sakit perasaan
ibu itu? Lalu akan sesakit apa saat dia kehilangan putri yang
ia sangat sayangi, Oppa?”
Yesung terdiam, merenungkan setiap kata yang Soo Bin
ucapkan. Tiba-tiba ia teringat saat dimana adiknya meninggal. Saat dimana ia
hanya bisa mendengar suara tangis ibu dan kerabat-kerabatnya. Saat dimana
Donghae terpuruk dan tidak bisa melakukan hal lain selain terdiam, seperti
seorang yang kehilangan harapan hidup, seperti mayat hidup. Juga perasaan
terlukannya saat itu. Perasaan yang masih ia rasakan sampai saat ini.
“Aku mungkin tidak bisa membayangkan seberapa sakitnya saat
itu, tapi aku yakin kau pasti tahu, Oppa.” Soo Bin menjelaskan. “Bukankah kau
pernah kehilangan seorang yang pastinya sangat kau sayangi, adik perempuanmu,
Jung Joo Hwi.”
Yesung terperanjat. Tidak ia sangka gadis itu menyebut nama
adiknya. Nama yang bahkan ibu dan Donghae tidak pernah berani sebut di
depannya.
“Aku dengar kau dan Donghae-oppa sampai harus berhenti
selama hampir empat bulan. Tidak bisa aku bayangkan seberapa sakitnya hati
kalian saat ia pergi. Rasa sakit seperti itu memang tidak bisa di bayangkan,
karena memang terlalu menyakitkan. Dan jika kau pernah merasakan seberapa
sakitnya berada di situasi sesulit itu, apakah kau tega membuat seorang ibu
yang sudah kehilangan suaminya, ibu yang sudah bekerja lebih keras selama satu
tahun ini untuk membiayai perawatan satu-satunya anak yang ia miliki, dan
berada di saat tersulit seperti saat yang pernah kau dan Donghae-oppa pernah
alami seorang diri? Tegakah kau, Oppa?”
Yesung
tersenyum setelah menceritakan apa yang dikatakan gadis yang Donghae tertawakan
beberapa menit yang lalu, “Kalau kau jadi aku, apakah kau akan menemukan alasan
untuk menolak permintaannya?” tanya Yesung, kini dengan nada mengejek.
Donghae
tidak menjawab. Ia tercengang setelah mendengar cerita Yesung. Ia masih
terheran-heran. Bagaima gadis itu bisa menggunakan
Joo Hwi sebagai
senjata untuk membuat Yesung mengabulkan permintaannya.
“Aku
yakin kalau kau jadi aku, kau juga akan mengambil keputusan yang sama denganku.
Iya, kan?” tanya Yesung menyadarkan Donghae dari lamunannya.
Donghae
bangkit dari sofa dengan kaku, lalu dengan wajah yang masih tampak terkejut ia
berujar, “Aku jadi penasaran seperti apa nona muda dari Global Corportin itu.”
*
* * * *
Yesung
kembali melirik kaca spion di dalam mobilnya. Memastikan kalau penyamarannya
sudah sempurna. Sudah lama ia tidak melakukan hal ini. Sejak kepergian adiknya,
ia tidak pernah lagi bermain kucing-kucingan dengan awak media.
Dulu
bermain kucing-kucingan dengan awak media dan para fans adalah kegiatan
rutinnya, Donghae dan Joo Hwi setiap akhir pekan. Mereka selalu pergi bersama
ke tempat-tempat umum sambil menyamar, tapi sekarang dia dan Donghae sudah
tidak pernah melakukannya lagi. Mereka lebih memilih meyibukkan diri dengan
pekerjaan mereka, itu mereka lakukan untuk melupakan semua penderitaan yang
mereka rasakan setelah kepergian Joo Hwi.
“Pakai
juga syal ini, hyung.” Kata Donghae
sambil menyodorkan syal rajutan berwarna merah pada Yesung, juga menyadarkan
Yesung dari lamunannya. Donghae kini duduk di belakang kemudi, di samping
Yesung duduk.
Yesung
mengalihkan pendangannya pada Donghae, lalu meraih syal yang Donghae berikan,
“Terima kasih.”
“Aku
iri padamu, hyung. Seandainya saja
aku juga mendapat cuti hari ini, aku pasti akan memaksamu untuk mengajakku
menemui nona muda dan sahabatnya itu.” ujar Donghae menyesalkan.
Yesung
tertawa kecil, “Kau sedang kurang beruntung.” Ujarnya menggoda. Ia kemudian
memakai syalnya. Lalu mengambil jaket dan tasnya di kursi belakang. Ia mengeluarkan
topi di dalam tasnya, memakainya dan juga jaket kulit berwarna hitamnya tadi.
“Bagaimana?”
tanyanya pada Donghae, sambil menunjukkan penyamarannya.
“Kau
sudah mirip seorang pasien yang sakit flu, hyung.”
Ujarnya berkomentar.
“Baiklah,
aku pergi dulu. Sampai bertemu nanti.” Ujar Yesung sebelum melangkah keluar
dari mobilnya yang di parkir di sudut halaman rumah sakit di daerah Paju.
“Ceritakan
semuanya padaku nanti.” Ujarnya Donghae setengah berteriak, saat Yesung
melangkah keluar mobil mereka.
Yesung
menarik topinya lebih dalam, lalu menenggelamkan wajahnya dalam syal yang
membelit lehernya, dan segera melangkah menyeberangi halaman rumah sakit menuju
pintu masuknya.
Saat
Yesung sampai di lobi rumah sakit, tampak sangat ramai oleh para pasien disana.
Beberapa dari ibu dan putri mereka yang duduk di kursi di depan meja reception
memandanginya, juga para perawat di balik meja reception.
Yesung
menyadarinya. Ia kemudian kembali menenggelamkan wajahnya
lebih dalam syalnya, lalu berpura-pura terbatuk-batuk hebat. Ibu dan para putri
mereka, juga para perawat, tampak percaya dengan aktingnya itu. Itu terbukti
saat mereka tidak lagi menaruh perhatian yang berlebihan padanya.
Yesung
segera berjalan menuju
lift dan kebetulan lift sedang kosong saat ia masuk. Akhirnya ia sampai di lantai
lima, tempat sahabat Soo Bin dirawat, begitu keluar dari lift, di ujung lorong
di lantai lima itu, ia langsung menemukan sosok gadis yang menunggunya di depan
sebuah pintu putih yang berdiri dengan kokohnya.
Tentu
saja, gadis itu Kim Soo Bin. Yesung berjalan mendekatinya. “Annyeonghaseo.” Ujarnya saat sampai di
depan Soo Bin.
“Annyeonghaseo.” Ujar Soo Bin sambil
tersenyum lebar, “Aku pikir kau tidak akan datang.” Tambahnya.
“Aku
sudah berjanji.”
Soo
Bin membalasnya dengan senyuman. “Mari masuk.” Soo Bin mempersilahkan sambil
membuka pintu kamar Yoon Hee di rawat.
Yesung
mengikuti langkah Soo Bin. Ia melepas topi dan syal yang ia kenakan saat sampai
di dalam kamar tersebut.
Soo
Bin sudah berdiri di samping ranjang tempat seorang gadis sedang terbaring
dengan tenang disana. Ranjang si gadis tampak menjadi
pusat dari seluruh ruangan. Yesung melangkah pelan mendekati ranjangnya.
Pandangannya terkuncing pada wajah gadis itu.
Soo
Bin tersenyum saat berbalik menghadap pada Yesung. “Perkenalkan, ini sahabatku,
Hwang Yoon Hee.”
To be continue...
1 komentar:
ditunggu ceritanya....
Posting Komentar