Soo Bin tersenyum
saat berbalik menghadap pada Yesung. “Perkenalkan, ini sahabatku, Hwang Yoon
Hee.”
Yesung tampak tidak
merespon. Ia terus memandangi sahabat Soo Bin. Gadis itu memakai alat bantu
pernafasan yang menutupi hidung dan mulutnya, selang yang terhungan dengan
infus terpasang di tangan kanannya, tidak lupa kabel dari alat-alat lain yang
di gunakan untuk membantunya tetap hidup. Alat-alat itu terletak di meja di
samping ranjangnya, walaupun begitu, gadis bernama Yoon Hee, yang terbaring tak
berdaya itu tetap tampak begitu cantik. Dan mengingatkannya pada seorang
gadis yang sangat ia sayangi. Adik perempuannya, Joo Hwi.
Gadis itu memiliki
kulit yang sama putihnya dengan kulit Soo Bin. Rambutnya yang hitam tampak
bercahaya karna sinar matahari yang masuk melalui ventilasi kamar,
tapi Yesung tidak tahu pasti seberapa panjang rambut gadis itu, karena
rambutnya terurai di balik punggungnya.
“Silahkan duduk,
Oppa.” Soo Bin menarik sebuah kursi ke sisi ranjang Yoon Hee.
Seolah tersadar dari
hipnotis yang ditimbulkan oleh Yoon Hee, ia terperanjat pelan, lalu duduk
di kursi yang Soo Bin ambil, tanpa berkomentar.
“Kau mau minum
sesuatu, Oppa?” tanya Soo Bin menyadarkan Yesung dari lamunannya.
“Tidak, terima
kasih.” Sahut Yesung cepat. “Bisa beri tahu aku, dimana aku bisa
meletakkan ini?” tanya Yesung sambil menunjukkan topi dan syal yang masih di
bawanya.
“Kau bisa menaruhnya
di meja, di belakangmu.”
Yesung berbalik,
melihat meja kaca yang baru ia sadari keberadaannya. Ia meletakkannya di sana
dan kembali pada Soo Bin dan Yoon Hee. “Jadi kau selalu kesini setiap hari?”
tanya Yesung.
“Iya.”
“Dimana ibu yang
kemarin kau katakan padaku?”
“Beliau sedang
bekerja.”
“Lalu siapa yang
menjaga, Yoon Hee? Tidak mungkinkan kalau kau menghabiskan seluruh waktumu
untuk menjaganya?” tanya Yesung heran.
“Memang tidak, tapi
kalau aku punya waktu untuk menggantikan ibu Yoon Hee, aku selalu ada
disini, menemaninya.”
“Kalau tidak?”
Soo Bin tersenyum
tipis. “Syukurlah sampai saat ini aku selalu ada waktu, dan kalau tidak ada
waktupun, ibu Yoon Hee pasti sedang tidak sibuk. Jadi Yoon Hee tidak
pernah sendiri di sini.”
Yesung
mengangguk-angguk paham, “Sudah berapa lama dia seperti ini?” tanya Yesung
lagi.
“Hampir satu tahun.”
Jawab Soo Bin kembali sedih.
“Berapa usianya?”
Soo Bin tersenyum
tipis, “Sama denganku, sembilan belas tahun di tahun ini.”
Yesung mengerutkan kening,
“Berarti dia mengalami kecelakaan saat kalian masih duduk di bangku SMU?”
tanya menebak.
“Begitulah.”
“Kalau satu tahun,
bukankah itu berarti tahun ajaran baru. Seingatku bulan ini juga tahun ajaran
baru, kan?” tanya Yesung sambil mencoba mengingat.
“Iya, saat itu tepat
di hari pengumuman kelulusan kami, juga bertepatan dengan ulang tahunku yang
ke-19.” Soo Bin terdengar sangat sedih saat menjawab.
Yesung terdiam. Ia
tidak tahu apa lagi yang harus ia katakan. Ia tidak berbakat mencairkan suasana
yang dingin seperti ini. Ini adalah bakat Donghae, tapi sayangnya dia tidak di
sini sekarang.
Yesung mencoba
mengingat-ingat percakapannya dengan Soo Bin kemarin. Berusaha mencari
topik baru untuk di jadikan bahan pembicaraan selanjutnya.
“Kalau laki-laki yang
kau bilang akan diam-diam menangis di dalam hatinya itu siapa?” tanya Yesung
begitu teringat.
“Apa?” pekik Soo Bin,
tampaknya gadis itu juga melamun saat Yesung tidak memperhatikannya.
“Laki-laki itu
siapa?” tanya Yesung mengulangi.
Soo Bin terdiam.
“Kekasihnya?” tanya
Yesung sambil mengangkat dagu, menunjuk pada Yoon Hee.
“Bukan.” Sanggah Soo
Bin cepat, “Dia tidak punya kekasih seperti yang kau
tuduhkan.”
“Aku tidak menuduh.,
aku bertanya.” Yesung meralat.
“Sama saja.” Cletuk
Soo Bin, “Sebenarnya laki-laki itu mantan pacar Yoon Hee, dulu sebelum
mengidolakanmu dia pernah menjalin hubungan dengan kakak kelasnya waktu kami
baru kelas satu SMU.” Terang Soo Bin memberi tahu.
“Laki-laki itu masih
menyukainya?”
“Aku rasa begitu.”
Jawab Soo Bin ragu.
“Lalu kenapa kau
tidak mencoba untuk memintanya saja untuk membantumu dengan Yoon Hee?”
“Dia tidak akan mau,
dan kalaupun mau, dia tetap tidak akan bisa. Yoon Hee sudah tidak menyukainya.”
“Benarkah?”
“Ya.”
“Lalu tentang waktu
yang kau bilang kemarin, apa maksudmu?” tanya Yesung lagi, tanpa sadar begitu
saja pertanyaan itu muncul di benaknya.
Soo Bin terdiam,
tampak ragu. Ia kembali memandang pada Yoon Hee, tampak berpikir.
“Kemarin kau bilang
ceritanya panjang, aku rasa sekarang kau punya cukup banyak waktu untuk
menceritakan semuanya.” Ujar Yesung menuntut.
Soo Bin menghelan
nafas, “Haruskah?” gumamnya.
“Tentu.” Sahut Yesung
yakin.
“Kau tahu kakakku?”
tanya Soo Bin tiba-tiba.
Yesung mengerutkan
kening, tidak paham. Lalu mengangguk, mengiyakan, “Kim Jonghyun, kan?” tanyanya
kemudian.
“Iya. Kim Jonghyun.”
Ulang Soo Bin lirih, “Menurutmu orang seperti apa dia?” tanyanya lagi.
Yesung tampak
menerawang, “Laki-laki yang sukses dan hebat, karismatik juga pekerja keras.
Dia kelihatan baik, sepertinya dia memang orang yang di takdirkan mewarisi
tahta Global Corporation.” Jawab Yesung.
“Itulah yang semua
orang selalu pikirkan tentang dia, pernahkah terpikir olehmu kalau dia adalah
orang yang dingin dan ambisius?”
“Apa maksudmu
sebenarnya? Apa hubungannya semua itu dengan pertanyaanku tadi?” tanya Yesung
terdengar kesal.
“Ibu Yoon Hee hanya
bekerja sebagai pegawai di salah satu perusahaan swasta, suaminya juga sudah
meninggal. Selama ini, semua biaya perawatan Yoon Hee di bayar oleh
Jonghyun-oppa, dia melakukannya karna aku memintanya, tapi dia tidak membantu
begitu saja, aku membuat perjanjian dengannya.” Soo Bin memulai.
“Dia akan membantu
dan selama itu aku harus menjadi anak yang baik di depan ibunya. Saat itu
ibunya masih terpuruk karena meninggalnya ayahku yang tiba-tiba. Jadi dia tidak
bisa membiarkan ibunya terluka karna sikap kasarku, dan dia mendapatkan senjata
untuk menekanku, dia..”
Yesung memotong
penjelasan Soo Bin dengan berkata, “Ibu yang kau maksud itu apakah Nyonya Jang
Ji Kyung?” tanya Yesung.
Soo Bin mengangguk
pelan, “Wanita itu memang sangat lemah, tapi aku tetap tidak bisa bersikap baik
padanya, kecuali untuk membantu biaya perawatan Yoon Hee selama ini. Aku berusaha
menahan diri dengannya, tapi sekarang wanita itu sepertinya jadi besar kepala
karna aku selalu menurut padanya selama hampir satu ini. Keadaannya pun juga
sudah mulai membaik, aku mungkin tidak bisa lagi menggunakan alasan ke
sehatannya sebagai senjata untuk balik mengancam Junghyun-oppa, sekarang aku
lah yang harus menjadi boneka mereka berdua. Dan hanya masalah waktu sampai
mereka merasa bosan bermain denganku.”
“Maksudmu?”
“Membuangku.”
“Tapi kau putri
kandung pendiri Global Corporation.” Ujarnya mengingatkan.
“Apa gunanya anak
kandung atau anak tiri, kenyataannya aku tidak pernah punya akses sendiri
dengan uangku. Ini benar-benar membuatku gila.”
“Kau bisa menggunakan
hukum untuk mengambil milikmu, nona muda. Apa kau tidak pernah belajar hukum?”
“Sudahku coba, dan
hasilnya sangat buruk.” Balas Soo Bin. “Selama ini, satu-satunya alasanku tidak
melarikan diri dari Korea hanya karna Yoon Hee dan ibunya.”
Yesung terdiam cukup
lama, “Sebegitu berartinyakah mereka untukmu?”
“Tentu.” Jawab Soo
Bin tanpa ragu.
“Kalau hanya masalah
uang, aku bisa membantu.” Kata Yesung menyarankan. Jujur saja, Yesung sendiri
tidak tahu kenapa ia menyarankan hal itu. Ide itu muncul begitu saja
dibenaknya.
Soo Bin mendengus
pelan, “Apa oppa pikir ibu Yoon Hee mau merima bantuanmu? Tidak akan, dia tidak
akan mau.”
“Tidak ada salahnya
mencoba.”
“Aku yakin hasilnya
akan sama saja,” tandas Soo Bin. “Beliau mau menerima bantuan oppaku juga karna
sekarang beliau bekerja disana, jika tidak beliau pasti tidak akan mau
menerimanya.”
“Tapi ini menyangkut
hidup putrinya, apa ia akan tetap bersikap seegois itu?” tanya Yesung tiba-tiba
jadi kesal.
“Aku katakan itu
tidak akan berhasil.” Tandas Soo Bin sekali lagi. “Kau belum mengenalnya,
bahkan belum pernah bertemu dengannya oppa, bagaimana mungkin kau bisa
mengatakan beliau egois? Aku memintamu kemari untuk menjenguk putrinya,
bukannya berdebat denganku.” Ujar Soo Bin sinis.
Yesung melayangkan
pandangan kesal yang memuncak pada Soo Bin, “Awalnya aku berniat begitu. Saat
mendengar alasan yang kau ucapkan kemarin, aku merasa tidak memiliki alasan
untuk menolak, tapi sekarang, aku justru merasa tidak memiliki alasan untuk
membantu.” Kata Yesung sisnis, lalu berdiri dari kursinya.
“Seperti yang kau
bilang, aku bahkan belum pernah bertemu dengan ibu itu, kau ataupun mantan
kekasih gadis itupun juga tidak aku kenal, kenapa aku harus membantu kalian
dengan gadis bernama Yoon Hee itu?” tambah Yesung kemudian.
“Apa maksudmu?” pekik
Soo Bin. “Kau sudah berjanji akan menjenguknya, kau tidak bisa melakukannya.”
“Aku bisa
melakukannya, itu yang sekarang sedang aku lakukan.”
Yesung berbalik,
mengambil topi dan syalnya, lalu kembali memandang Yoon Hee, “Aku rasa kita
bisa bicara lain kali nona manis,” bisik Yesung sambil memandang lembut pada
Yoon Hee, “Saat kau sudah sadar nanti.”
So Bin ikut berdiri
dan memandang penuh penyesalan pada Yesung, “Aku mohon jangan pergi. Aku minta
maaf, kalau sudah membuatmu kesal dengan kata-kataku.” Ujarnya menyesal.
Yesung menepis pelan
tangan Soo Bin, “Aku rasa kau yang membuat semuanya jadi semakin buruk dan
rumit. Mungkin aku akan menjenguknya lain kali, saat tidak ada kau.” Ujarnya
lalu berjalan menjauh dari Soo Bin.
“Oppa, mianhae.” Kata
Soo Bin.
Yesung berhenti
sebentar, lalu berkata, “Annyeonghi gyeseyo.”
To be continue...
1 komentar:
Yesung....????
Posting Komentar