Kamis, 01 Oktober 2015

Who Makes This Magic?? // Part. 5 : Annyeonghi gyeseyo


Soo Bin tersenyum saat berbalik menghadap pada Yesung. “Perkenalkan, ini sahabatku, Hwang Yoon Hee.”

Yesung tampak tidak merespon. Ia terus memandangi sahabat Soo Bin. Gadis itu memakai alat bantu pernafasan yang menutupi hidung dan mulutnya, selang yang terhungan dengan infus terpasang di tangan kanannya, tidak lupa kabel dari alat-alat lain yang di gunakan untuk membantunya tetap hidup. Alat-alat itu terletak di meja di samping ranjangnya, walaupun begitu, gadis bernama Yoon Hee, yang terbaring tak berdaya itu tetap tampak begitu cantik. Dan mengingatkannya pada seorang gadis yang sangat ia sayangi. Adik perempuannya, Joo Hwi.

Gadis itu memiliki kulit yang sama putihnya dengan kulit Soo Bin. Rambutnya yang hitam tampak bercahaya karna sinar matahari yang masuk melalui ventilasi kamar, tapi Yesung tidak tahu pasti seberapa panjang rambut gadis itu, karena rambutnya terurai di balik punggungnya.

“Silahkan duduk, Oppa.” Soo Bin menarik sebuah kursi ke sisi ranjang Yoon Hee.

Seolah tersadar dari hipnotis yang ditimbulkan oleh Yoon Hee, ia terperanjat pelan, lalu duduk di kursi yang Soo Bin ambil, tanpa berkomentar.

“Kau mau minum sesuatu, Oppa?” tanya Soo Bin menyadarkan Yesung dari lamunannya.

“Tidak, terima kasih.” Sahut Yesung cepat. “Bisa beri tahu aku, dimana aku bisa meletakkan ini?” tanya Yesung sambil menunjukkan topi dan syal yang masih di bawanya.

“Kau bisa menaruhnya di meja, di belakangmu.”

Yesung berbalik, melihat meja kaca yang baru ia sadari keberadaannya. Ia meletakkannya di sana dan kembali pada Soo Bin dan Yoon Hee. “Jadi kau selalu kesini setiap hari?” tanya Yesung.

“Iya.”

“Dimana ibu yang kemarin kau katakan padaku?”

“Beliau sedang bekerja.”

“Lalu siapa yang menjaga, Yoon Hee? Tidak mungkinkan kalau kau menghabiskan seluruh waktumu untuk menjaganya?” tanya Yesung heran.

“Memang tidak, tapi kalau aku punya waktu untuk menggantikan ibu Yoon Hee, aku selalu ada disini, menemaninya.”

“Kalau tidak?”

Soo Bin tersenyum tipis. “Syukurlah sampai saat ini aku selalu ada waktu, dan kalau tidak ada waktupun, ibu Yoon Hee pasti sedang tidak sibuk. Jadi Yoon Hee tidak pernah sendiri di sini.”

Yesung mengangguk-angguk paham, “Sudah berapa lama dia seperti ini?” tanya Yesung lagi.

“Hampir satu tahun.” Jawab Soo Bin kembali sedih.

“Berapa usianya?”

Soo Bin tersenyum tipis, “Sama denganku, sembilan belas tahun di tahun ini.”

Yesung mengerutkan kening, “Berarti dia mengalami kecelakaan saat kalian masih duduk di bangku SMU?” tanya menebak.

“Begitulah.”

“Kalau satu tahun, bukankah itu berarti tahun ajaran baru. Seingatku bulan ini juga tahun ajaran baru, kan?” tanya Yesung sambil mencoba mengingat.

“Iya, saat itu tepat di hari pengumuman kelulusan kami, juga bertepatan dengan ulang tahunku yang ke-19.” Soo Bin terdengar sangat sedih saat menjawab.

Yesung terdiam. Ia tidak tahu apa lagi yang harus ia katakan. Ia tidak berbakat mencairkan suasana yang dingin seperti ini. Ini adalah bakat Donghae, tapi sayangnya dia tidak di sini sekarang.

Yesung mencoba mengingat-ingat percakapannya dengan Soo Bin kemarin. Berusaha mencari topik baru untuk di jadikan bahan pembicaraan selanjutnya.

“Kalau laki-laki yang kau bilang akan diam-diam menangis di dalam hatinya itu siapa?” tanya Yesung begitu teringat.

“Apa?” pekik Soo Bin, tampaknya gadis itu juga melamun saat Yesung tidak memperhatikannya.

“Laki-laki itu siapa?” tanya Yesung mengulangi.

Soo Bin terdiam.

“Kekasihnya?” tanya Yesung sambil mengangkat dagu, menunjuk pada Yoon Hee.

“Bukan.” Sanggah Soo Bin cepat, “Dia tidak punya kekasih seperti yang kau
tuduhkan.”

“Aku tidak menuduh., aku bertanya.” Yesung meralat.

“Sama saja.” Cletuk Soo Bin, “Sebenarnya laki-laki itu mantan pacar Yoon Hee, dulu sebelum mengidolakanmu dia pernah menjalin hubungan dengan kakak kelasnya waktu kami baru kelas satu SMU.” Terang Soo Bin memberi tahu.

“Laki-laki itu masih menyukainya?”

“Aku rasa begitu.” Jawab Soo Bin ragu.

“Lalu kenapa kau tidak mencoba untuk memintanya saja untuk membantumu dengan Yoon Hee?”

“Dia tidak akan mau, dan kalaupun mau, dia tetap tidak akan bisa. Yoon Hee sudah tidak menyukainya.”

“Benarkah?”

“Ya.”

“Lalu tentang waktu yang kau bilang kemarin, apa maksudmu?” tanya Yesung lagi, tanpa sadar begitu saja pertanyaan itu muncul di benaknya.

Soo Bin terdiam, tampak ragu. Ia kembali memandang pada Yoon Hee, tampak berpikir.

“Kemarin kau bilang ceritanya panjang, aku rasa sekarang kau punya cukup banyak waktu untuk menceritakan semuanya.” Ujar Yesung menuntut.

Soo Bin menghelan nafas, “Haruskah?” gumamnya.
“Tentu.” Sahut Yesung yakin.

“Kau tahu kakakku?” tanya Soo Bin tiba-tiba.

Yesung mengerutkan kening, tidak paham. Lalu mengangguk, mengiyakan, “Kim Jonghyun, kan?” tanyanya kemudian.

“Iya. Kim Jonghyun.” Ulang Soo Bin lirih, “Menurutmu orang seperti apa dia?” tanyanya lagi.

Yesung tampak menerawang, “Laki-laki yang sukses dan hebat, karismatik juga pekerja keras. Dia kelihatan baik, sepertinya dia memang orang yang di takdirkan mewarisi tahta Global Corporation.” Jawab Yesung.

“Itulah yang semua orang selalu pikirkan tentang dia, pernahkah terpikir olehmu kalau dia adalah orang yang dingin dan ambisius?”

“Apa maksudmu sebenarnya? Apa hubungannya semua itu dengan pertanyaanku tadi?” tanya Yesung terdengar kesal.
“Ibu Yoon Hee hanya bekerja sebagai pegawai di salah satu perusahaan swasta, suaminya juga sudah meninggal. Selama ini, semua biaya perawatan Yoon Hee di bayar oleh Jonghyun-oppa, dia melakukannya karna aku memintanya, tapi dia tidak membantu begitu saja, aku membuat perjanjian dengannya.” Soo Bin memulai.

“Dia akan membantu dan selama itu aku harus menjadi anak yang baik di depan ibunya. Saat itu ibunya masih terpuruk karena meninggalnya ayahku yang tiba-tiba. Jadi dia tidak bisa membiarkan ibunya terluka karna sikap kasarku, dan dia mendapatkan senjata untuk menekanku, dia..”

Yesung memotong penjelasan Soo Bin dengan berkata, “Ibu yang kau maksud itu apakah Nyonya Jang Ji Kyung?” tanya Yesung.

Soo Bin mengangguk pelan, “Wanita itu memang sangat lemah, tapi aku tetap tidak bisa bersikap baik padanya, kecuali untuk membantu biaya perawatan Yoon Hee selama ini. Aku berusaha menahan diri dengannya, tapi sekarang wanita itu sepertinya jadi besar kepala karna aku selalu menurut padanya selama hampir satu ini. Keadaannya pun juga sudah mulai membaik, aku mungkin tidak bisa lagi menggunakan alasan ke sehatannya sebagai senjata untuk balik mengancam Junghyun-oppa, sekarang aku lah yang harus menjadi boneka mereka berdua. Dan hanya masalah waktu sampai mereka merasa bosan bermain denganku.”

“Maksudmu?”

“Membuangku.”

“Tapi kau putri kandung pendiri Global Corporation.” Ujarnya mengingatkan.

“Apa gunanya anak kandung atau anak tiri, kenyataannya aku tidak pernah punya akses sendiri dengan uangku. Ini benar-benar membuatku gila.”

“Kau bisa menggunakan hukum untuk mengambil milikmu, nona muda. Apa kau tidak pernah belajar hukum?”

“Sudahku coba, dan hasilnya sangat buruk.” Balas Soo Bin. “Selama ini, satu-satunya alasanku tidak melarikan diri dari Korea hanya karna Yoon Hee dan ibunya.”

Yesung terdiam cukup lama, “Sebegitu berartinyakah mereka untukmu?”

“Tentu.” Jawab Soo Bin tanpa ragu.

“Kalau hanya masalah uang, aku bisa membantu.” Kata Yesung menyarankan. Jujur saja, Yesung sendiri tidak tahu kenapa ia menyarankan hal itu. Ide itu muncul begitu saja dibenaknya.

Soo Bin mendengus pelan, “Apa oppa pikir ibu Yoon Hee mau merima bantuanmu? Tidak akan, dia tidak akan mau.”

“Tidak ada salahnya mencoba.”

“Aku yakin hasilnya akan sama saja,” tandas Soo Bin. “Beliau mau menerima bantuan oppaku juga karna sekarang beliau bekerja disana, jika tidak beliau pasti tidak akan mau menerimanya.”

“Tapi ini menyangkut hidup putrinya, apa ia akan tetap bersikap seegois itu?” tanya Yesung tiba-tiba jadi kesal.

“Aku katakan itu tidak akan berhasil.” Tandas Soo Bin sekali lagi. “Kau belum mengenalnya, bahkan belum pernah bertemu dengannya oppa, bagaimana mungkin kau bisa mengatakan beliau egois? Aku memintamu kemari untuk menjenguk putrinya, bukannya berdebat denganku.” Ujar Soo Bin sinis.

Yesung melayangkan pandangan kesal yang memuncak pada Soo Bin, “Awalnya aku berniat begitu. Saat mendengar alasan yang kau ucapkan kemarin, aku merasa tidak memiliki alasan untuk menolak, tapi sekarang, aku justru merasa tidak memiliki alasan untuk membantu.” Kata Yesung sisnis, lalu berdiri dari kursinya.

“Seperti yang kau bilang, aku bahkan belum pernah bertemu dengan ibu itu, kau ataupun mantan kekasih gadis itupun juga tidak aku kenal, kenapa aku harus membantu kalian dengan gadis bernama Yoon Hee itu?” tambah Yesung kemudian.

“Apa maksudmu?” pekik Soo Bin. “Kau sudah berjanji akan menjenguknya, kau tidak bisa melakukannya.”

“Aku bisa melakukannya, itu yang sekarang sedang aku lakukan.”

Yesung berbalik, mengambil topi dan syalnya, lalu kembali memandang Yoon Hee, “Aku rasa kita bisa bicara lain kali nona manis,” bisik Yesung sambil memandang lembut pada Yoon Hee, “Saat kau sudah sadar nanti.”

So Bin ikut berdiri dan memandang penuh penyesalan pada Yesung, “Aku mohon jangan pergi. Aku minta maaf, kalau sudah membuatmu kesal dengan kata-kataku.” Ujarnya menyesal.

Yesung menepis pelan tangan Soo Bin, “Aku rasa kau yang membuat semuanya jadi semakin buruk dan rumit. Mungkin aku akan menjenguknya lain kali, saat tidak ada kau.” Ujarnya lalu berjalan menjauh dari Soo Bin.

Oppa, mianhae.” Kata Soo Bin.

Yesung berhenti sebentar, lalu berkata, “Annyeonghi gyeseyo.”



To be continue...

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Yesung....????

Posting Komentar