Minggu, 27 September 2015

Who Makes This Magic? // Part. 1 : TEMANKU SEKARAT!!!!


Keadaan rumah sakit masih lengang. Matahari bahkan belum keluar dari tempat persembunyiannya, jam  baru menunjukkan pukul 04.30 KST saat Soo Bin yang membawa seikat bunya tulip putih ditangan kanannya dan teremos bubur di tangan yang lain menyusuri lorong rumah sakit yang remang-remang seorang diri.

Langkah Soo Bin terhenti di depan pintu sebuah kamar yang ada diujung lorong tersebut. Ia tidak mengetuk pintu putih yang berdiri kokoh didepannya, ia meraih gagang dan membuka pintu itu dengan hati-hati.

Ruangan di kamar itu juga sama remang-remangnya dengan lorong yang di lalui Soo Bin sebelumnya. Ruangan itu hanya di terangi cahaya kekuningan dari lampu meja di samping ranjang seorang gadis cantik yang terlelap dengan damai.

Soo Bin mengalihkan pandangannya pada seorang wanita paru baya yang tidur si sofa, disamping ranjang sang gadis. Soo Bin tidak ingin membangunkannya. Ia menyeberangi ruangan dengan hati-hati. Lalu melatakkan teromos buburnya dimeja, didepan sofa tempat wanita paru baya itu terlelap. Ia berjalan diantara sofa dan meja, lalu menarik selimut yang tersingkap hingga menyelimuti seluruh tubuh wanita itu.

Soo Bin menahan sejenak pandangannya pada wajah si wanita, tampak begitu lelah dan matanya bengkak. Lagi. Sekali lihat saja Soo Bin tahu kalau beliau pasti menghabiskan semalaman waktu istirahatnya setelah pulang kerja untuk menangisi putrinya yang tak kunjung sadar.

Soo Bin berbalik memutari meja, hingga sampai ke sisi meja yang lainnya, mengambil seikat bunga tulip yang tadi ia bawa. Lalu berjalan mendekati ranjang tempat gadis tadi terlelap dengan damai, tanpa menghiraukan kesedihan semua orang yang menyanginya. Ia menarik pita biru yang mengikat kain pembungkus bunga itu, lalu mengambil bunga tulip putih yang ada di vas kaca berukiran buah di samping lampu yang menjadi satu-satunya sumber penerangan di ruangan itu. Bunga di vas itu masih lumayan segar, tapi ujung dari beberapa tangkai bunga telah layu. Soo Bin menggantinya dengan bunga yang baru ia bawa.

Saat membuang bunga tulip yang setengah layu, kain pembungkus dan pita yang ia bawa, Soo Bin melihat kain pembungkus dan pita warna kuning di tempat sampah yang ada di sudut ruangan, di samping pintu masuk. Ia terdiam sejenak disana, memandangi kain dan pita kuning itu, “Siapa yang datang sebelum aku?” gumamnya heran.

Setelah membuang bunga tulip yang setengah layu, pita dan kain pembungkusnya tadi ke tempat sampah, Soo Bin kembali ke dalam kamar, duduk di sebuah kursi di samping ranjang gadis tadi.

Ia memandang lekat-lekat gadis itu, tanpa sadar air matanya mulai menetes. Ia tidak mencoba menghapusnya. Perlahan ia menarik tangan gadis itu dan meremasnya lembut, “Aku tahu kau memang suka sekali tidur, tapi ini keterlaluan. Kau sudah tidur terlalu lama..” kata Soo Bin dengan parau. “sudah hampir satu tahun, Yoon Hee~ya.”

     


Paju, 16 September 2011
Di depan SMU Paju

Soo Bin menghentak-hentakkan ujung sepatunya ke aspal, di tepi jalan, di depan SMU Paju. Ia tidak bisa berhenti menengok ke kanan dan ke kiri, mencari sosok yang sudah ia tunggu hampir setengah jam. Untuk yang kesekian kalinya ia kembali melihat jam tangannya.

Soo Bin semakin gelisah. Ia menghantamkan ujung sepatunya lebih keras saat bergumam, “Ayolah, kau dimana, Hwang Yoon Hee?” tanyanya cemas.

Tidak biasanya sahabatnya itu datang terlambat, apalagi tanpa kabar. Ia melihat semakin sedikit orang yang berada di halaman sekolah. Semua wali murid dan para siswa pasti sudah masuk ke aula.

Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan, sekaligus hari ulang tahun Soo Bin yang ke-19, tapi Yoon Hee belum juga datang, padahal acara akan dimulai lima menit lagi.

Soo Bin kembali mengeluarkan ponselnya dari saku, tidak ada pesan ataupun telfon dari Yoon Hee. Ia membuka kontak masuk di ponselnya, membuka pesan terakhir yang di kirim Yoon Hee padanya.

From : My Best Yoon Hee
16 Oktober 2014 00:00 WKS

Saengil chukae, nae jjang jjang chingu, Kim Soo Bin..
Semoga semua hal-hal yang terbaik selalu Tuhan berikan untukmu.. dan semoga keinginanmu untuk bertemu dengan Park Donghae-ssi terwujud, lalu suruh dia mengenalkanku dengan Yesung-ssi.. kakakakakaka
Aku menyayangimu, Soo Bin..

Sahabatmu, Hwang Yoon Hee..

Entah kenapa ia benar-benar tidak tenang. Ia memiliki firasat buruk tentang sahabatnya itu. Hari ini seharusnya menjadi hari paling menyenangkan untuk mereka. Hari ini akan di umumkan hasil kerja keras mereka dalam belajar selama tiga tahun, dan hari ini setelah acara pengumuman kelulusan, mereka akan pergi berlibur ke Pulau Nami untuk merayakan ulang tahunnya dan kelulusan mereka.

Tiba-tiba terdengar sebuah lagu yang tidak asing baginya.

“Saranghebwatdon gaseumirajiman.. Ibyolmankeumeun mudyojijiana..”

Soo Bin mencoba mencari sumber suara, tapi akhirnya ia menyadari kalau itu adalah suara dari ponselnya yang bergetar. Soo Bin mengeluarkan ponselnya, “Siapa yang mengganti nada dering ponselku?” tanyanya bergumam, “Lirik lagu yang menyedihkan.” Komentarnya, sebelum melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

“Yoon Hee?” pekiknya saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Ia segera mengangkat telfon itu, dengan sedikit perasaan lega, “Kau dimana?” sergah Soo Bin kemudian, tanpa memberi kesempatan pada Yoon Hee untuk menjawab ia segera menimpal, “Acara akan segera dimulai!

Suara tawa terdengar dari ponselnya, “Kelihatannya kau sangat mengkhawatirkanku, ya?” tanya Yoon Hee menggoda. “Kau terlihat cantik saat cemas, Kim Soo Bin.” Tambahnya kemudian.

Soo Bin tersentak, “Kau melihatku? Dimana kau?” tanyanya sambil menjelajahkan pandangannya ke tempat-tempat disekitarnya, pandangannya terhenti diseberang jalan, disudut perempatan. Yoon Hee sedang tersenyum jahil padanya.

Gadis itu berdiri malas dengan bersandar pada sebuah persegi panjang, yang masih terlihat jelas seperti figura walaupun sudah di bungkus rapi dengan kertas kado berwarna biru langit.

“Bertanyalah satu persatu dan beri kesempatan lawan bicaramu untuk menjawab.” Yoon Hee kembali menggoda dari ponselnya sambil melambaikan tangan pada Soo Bin yang memandangnya kesal.

“Aku mengkhawatirkanmu setengah mati. Cepat kemari atau aku meninggalkanmu.” Ancam Soo Bin, dengan kening yang berkerut karna kesal.

Yoon Hee kembali tertawa, “Kau marah padaku?” tanya Yoon Hee seolah tak percaya.

Soo Bin merasa semakin kesal, berapa lama Yoon Hee akan berdiri disana? Acara kelulusan mungkin sudah dimulai sekarang. Menyebalkan! Rasanya ia ingin sekali memukul gadis itu.

“Aku beri waktu dua menit, atau kita batalkan saja acara kita ke Pulau Nami.” Ancam Soo Bin meyakinkan, yang segera disusul suara telfon terputus.
Yoon Hee mendengar bunyi telfon terputus bergema di telinganya, lalu ia melihat Soo Bin menghentakkan kaki dengan ekspresi kesal dan berjalan masuk ke sekolah.

“Gawat, dia marah.” Pekik Yoon Hee.

Dengan tergesa-gesa ia memasukkan ponselnya ke saku jas seragamnya, lalu mengangkat figura besar yang sebelumnya ia jadikan sandaran. Ternyata figura itu lebih berat dari yang Yoon Hee bayangkan, ia bahkan sampai terhuyung dan hampir menjatuhkan figura itu.

Yoon Hee memeluk figura itu di depan dada, ukurannya yang cukup besar sampai menutupi wajah Yoon Hee dan membuatnya kehilangan keseimbangan untuk beberapa langkah pertama. Ia jadi terlihat seperti hantu figura yang berjalan terhuyung karna mabuk.

Yoon Hee berhenti di pinggir zebra cross, melirik lampu lalu lintas, berjalan menyeberang saat lampu hijau untuk perjalan kaki menyala. Ia mempercepat langkahnya saat sudah melihat sosok Soo Bin yang benar-benar menghilang di balik gerbang.

Yoon Hee sudah melangkah menyeberangi setengah jalan raya. Karna terburu-buru ia tidak memperhatikan jalan. Dari arah kanan Yoon Hee, muncul sebuah mercedes hitam dengan kecepatan tinggi telah menikung tanpa mengurai kecepatan, dan tiba-tiba..

BRRAAAKKKKK!!!!

Soo Bin yang bersembunyi di balik tembok gerbang mulai bosan menunggu, ia bermaksud mengejutkan Yoon Hee saat ia masuk, tapi Yoon Hee terlalu lama. Akhirnya ia mengintip dan yang ia temukan adalah pemandangan dimana banyak orang berkumpul membentuk kerumuhan dipojok perempatan.

Soo Bin keluar dari tempat persembunyiannya. Mematung melihat kerumunan itu, tenggorokannya serasa tercekat saat melihat figura besar yang di bungkus kertas kado biru yang tadi bawa Yoon Hee ada di pinggir trotoar. Kertas pembungkusnya robek, sehingga separuh gambar di dalamnya terlihat. Kacanya pecah. Tampak gambar seulas senyum tipis yang terkena noda merah segar.

Pikiran Soo Bin melayang tak karuan. Ia tidak mau melihat apa yang terjadi disana, tapi kakinya terus saja melangkah mendekati kerumuhan itu. Dengan langkah gontai ia menyakinkan dirinya kalau ini tidak seperti yang ia bayangkan. Akhirnya ia sampai di pinggir kerumunan, tanpa harus mendorong orang-orang menepi, seolah memberi jalan pada Soo Bin.

Soo Bin kembali tercekat. Air mata tak berhenti membasahi pipinya. Tubuh Yoon Hee terbaring kaku di tengah kerumunan. Darah segar membasahi aspal di sekitar tubuhnya. Rambutnya berantakan dan tersiram darah yang keluar dari kening dan bagian belakang kepalanya. Hampir semua kulitnya yang tidak terbungkus seragam tampak memar karna beradu keras dengan aspal.

Soo Bin jatuh tersungkur disamping tubuh Yoon Hee. Mengguncang-guncang tubuh Yoon Hee.

Tak ada reaksi.

Ia berteriak memanggil Yoon Hee.

Masih tidak ada jawaban.

Soo Bin menarik kepala Yoon Hee dalam pelukaannya. Tangannya basah oleh darah saat meraih ponselnya di dalam saku, menelfon 911.

Temanku kecelakaan..” ujar Soo Bin dengan suara dan tubuh yang bergetar.

Sang operator sibuk menenangkan dan menanyakan hal-hal yang Soo Bin tidak tahu jawabannya. Pikirannya kosong sekarang.

Soo Bin kehilangan kendali, terlambat sedetik saja Yoon Hee tidak akan selamat, dengan mata yang mulai bengkak, ia berteriak, “TEMANKU SEKARAT!!!!”


To be continue...

1 komentar:

Unknown mengatakan...

ceritanya menarik....

Posting Komentar