Keadaan rumah sakit masih lengang. Matahari
bahkan belum keluar dari tempat persembunyiannya, jam baru menunjukkan pukul 04.30 KST saat Soo Bin yang membawa seikat bunya
tulip putih ditangan kanannya dan teremos bubur di tangan yang lain menyusuri lorong rumah sakit
yang remang-remang seorang diri.
Langkah
Soo Bin terhenti di depan
pintu sebuah kamar yang ada diujung lorong tersebut. Ia tidak mengetuk pintu
putih yang berdiri kokoh didepannya, ia meraih gagang dan membuka pintu itu
dengan hati-hati.
Ruangan
di kamar
itu juga sama remang-remangnya dengan lorong yang di lalui Soo Bin sebelumnya. Ruangan itu hanya di terangi cahaya kekuningan dari
lampu meja di samping
ranjang seorang gadis cantik yang terlelap dengan
damai.
Soo
Bin mengalihkan pandangannya pada seorang wanita paru baya yang tidur si sofa,
disamping ranjang sang gadis. Soo Bin tidak ingin membangunkannya. Ia
menyeberangi ruangan dengan hati-hati. Lalu melatakkan teromos buburnya dimeja, didepan sofa tempat wanita paru
baya itu terlelap. Ia
berjalan diantara sofa dan meja, lalu menarik selimut yang tersingkap hingga menyelimuti
seluruh tubuh wanita itu.
Soo
Bin menahan sejenak pandangannya pada wajah si wanita, tampak begitu lelah dan
matanya bengkak. Lagi. Sekali lihat saja
Soo Bin tahu kalau beliau pasti menghabiskan semalaman waktu istirahatnya
setelah pulang kerja untuk menangisi putrinya yang tak kunjung sadar.
Soo
Bin berbalik memutari meja, hingga sampai ke sisi meja yang lainnya, mengambil
seikat bunga tulip yang tadi ia bawa. Lalu berjalan mendekati ranjang tempat
gadis tadi terlelap dengan damai, tanpa
menghiraukan kesedihan semua orang yang menyanginya. Ia menarik pita biru yang
mengikat kain pembungkus bunga itu, lalu
mengambil bunga tulip putih yang ada di vas kaca berukiran buah di samping lampu yang menjadi satu-satunya sumber penerangan di ruangan
itu.
Bunga di vas itu masih lumayan segar, tapi
ujung dari beberapa tangkai bunga telah layu. Soo Bin
menggantinya dengan bunga yang baru ia bawa.
Saat membuang bunga tulip yang setengah layu, kain pembungkus
dan pita yang ia bawa, Soo Bin melihat kain pembungkus dan pita warna kuning di
tempat sampah yang ada di sudut ruangan, di samping pintu masuk. Ia
terdiam sejenak disana, memandangi kain dan pita kuning itu, “Siapa yang datang
sebelum aku?” gumamnya
heran.
Setelah
membuang bunga tulip yang setengah layu, pita dan kain pembungkusnya tadi ke
tempat sampah, Soo Bin kembali ke dalam kamar, duduk di sebuah kursi di samping
ranjang gadis tadi.
Ia
memandang lekat-lekat gadis itu, tanpa sadar air matanya mulai menetes. Ia tidak mencoba
menghapusnya. Perlahan ia menarik tangan gadis itu dan meremasnya lembut, “Aku
tahu kau memang suka sekali tidur, tapi ini
keterlaluan. Kau sudah tidur terlalu lama..” kata Soo Bin
dengan parau. “sudah hampir satu tahun, Yoon Hee~ya.”
* * * * *
Paju, 16 September 2011
Di depan SMU Paju
Soo
Bin menghentak-hentakkan ujung sepatunya ke aspal, di tepi jalan, di depan SMU
Paju. Ia tidak bisa berhenti menengok ke kanan dan ke kiri, mencari sosok yang
sudah ia tunggu hampir setengah jam. Untuk yang kesekian kalinya ia kembali melihat jam tangannya.
Soo
Bin semakin gelisah. Ia menghantamkan ujung sepatunya lebih keras saat bergumam, “Ayolah, kau
dimana, Hwang Yoon Hee?” tanyanya cemas.
Tidak
biasanya sahabatnya itu datang
terlambat, apalagi tanpa kabar. Ia melihat semakin sedikit orang yang berada di
halaman sekolah. Semua wali murid dan para siswa pasti sudah masuk ke aula.
Hari
ini adalah hari pengumuman kelulusan, sekaligus hari ulang tahun Soo Bin yang
ke-19, tapi Yoon Hee belum juga datang, padahal acara akan dimulai lima menit lagi.
Soo Bin kembali mengeluarkan ponselnya
dari saku, tidak ada pesan ataupun telfon dari Yoon Hee. Ia membuka kontak
masuk di ponselnya,
membuka pesan terakhir yang di kirim Yoon Hee padanya.
From
: My Best Yoon Hee
16
Oktober 2014 00:00 WKS
Saengil chukae, nae jjang jjang chingu, Kim Soo Bin..
Semoga semua hal-hal yang terbaik selalu Tuhan
berikan untukmu.. dan semoga keinginanmu untuk bertemu dengan Park Donghae-ssi terwujud, lalu suruh dia
mengenalkanku dengan Yesung-ssi..
kakakakakaka
Aku menyayangimu, Soo Bin.. ☺
Sahabatmu, Hwang Yoon Hee..
Entah
kenapa ia benar-benar tidak tenang. Ia memiliki firasat buruk tentang sahabatnya
itu. Hari ini seharusnya menjadi hari paling menyenangkan untuk mereka. Hari
ini akan di umumkan hasil kerja keras mereka dalam belajar selama tiga tahun,
dan hari ini setelah acara pengumuman kelulusan, mereka akan pergi berlibur ke
Pulau Nami untuk merayakan ulang tahunnya dan kelulusan mereka.
Tiba-tiba
terdengar sebuah lagu yang tidak asing baginya.
“Saranghebwatdon
gaseumirajiman.. Ibyolmankeumeun mudyojijiana..”
Soo Bin mencoba mencari sumber suara, tapi
akhirnya ia menyadari kalau itu adalah suara dari ponselnya yang bergetar. Soo
Bin mengeluarkan ponselnya, “Siapa yang mengganti nada dering ponselku?”
tanyanya bergumam, “Lirik lagu yang menyedihkan.” Komentarnya, sebelum melihat nama yang tertera di
layar ponselnya.
“Yoon Hee?” pekiknya saat melihat nama yang
tertera di layar ponselnya. Ia segera mengangkat telfon itu, dengan sedikit perasaan
lega, “Kau dimana?” sergah Soo Bin kemudian,
tanpa memberi kesempatan pada Yoon Hee untuk
menjawab ia segera menimpal,
“Acara akan segera dimulai!”
Suara tawa terdengar dari ponselnya,
“Kelihatannya kau sangat mengkhawatirkanku, ya?” tanya Yoon Hee menggoda. “Kau
terlihat cantik saat cemas, Kim Soo Bin.” Tambahnya kemudian.
Soo Bin tersentak, “Kau melihatku? Dimana kau?”
tanyanya sambil menjelajahkan pandangannya ke tempat-tempat disekitarnya,
pandangannya terhenti diseberang jalan, disudut perempatan. Yoon Hee sedang
tersenyum jahil padanya.
Gadis itu berdiri
malas dengan bersandar pada sebuah persegi panjang, yang masih terlihat jelas seperti figura walaupun sudah
di bungkus rapi dengan kertas kado berwarna biru langit.
“Bertanyalah satu
persatu dan beri kesempatan lawan bicaramu untuk menjawab.”
Yoon Hee kembali menggoda
dari ponselnya sambil melambaikan tangan pada Soo Bin yang memandangnya kesal.
“Aku mengkhawatirkanmu setengah mati. Cepat
kemari atau aku meninggalkanmu.” Ancam Soo Bin,
dengan kening yang berkerut karna kesal.
Yoon Hee kembali tertawa, “Kau marah padaku?”
tanya Yoon Hee seolah tak
percaya.
Soo Bin merasa
semakin kesal, berapa lama Yoon Hee akan berdiri
disana? Acara kelulusan mungkin sudah dimulai
sekarang. Menyebalkan! Rasanya ia ingin sekali memukul
gadis itu.
“Aku beri waktu dua menit, atau kita batalkan
saja acara kita ke Pulau Nami.” Ancam Soo Bin meyakinkan, yang segera disusul suara
telfon terputus.
Yoon Hee mendengar bunyi telfon terputus bergema
di telinganya, lalu ia melihat Soo Bin menghentakkan kaki dengan ekspresi kesal dan berjalan masuk ke sekolah.
“Gawat, dia marah.” Pekik Yoon Hee.
Dengan tergesa-gesa ia memasukkan ponselnya ke
saku jas seragamnya, lalu mengangkat figura besar yang sebelumnya ia jadikan sandaran. Ternyata
figura itu lebih berat dari yang Yoon Hee bayangkan, ia bahkan sampai terhuyung dan hampir menjatuhkan figura itu.
Yoon Hee memeluk figura itu di depan
dada, ukurannya yang cukup besar sampai menutupi wajah Yoon Hee dan membuatnya
kehilangan keseimbangan untuk beberapa langkah pertama. Ia
jadi terlihat seperti hantu figura yang berjalan terhuyung karna mabuk.
Yoon Hee
berhenti di pinggir zebra cross,
melirik lampu lalu lintas, berjalan menyeberang saat lampu hijau untuk perjalan
kaki menyala. Ia mempercepat langkahnya saat sudah melihat sosok Soo Bin yang benar-benar menghilang di balik
gerbang.
Yoon Hee sudah melangkah
menyeberangi setengah jalan raya. Karna
terburu-buru ia tidak memperhatikan jalan. Dari
arah kanan Yoon Hee, muncul sebuah mercedes
hitam dengan kecepatan tinggi telah menikung tanpa mengurai kecepatan, dan
tiba-tiba..
BRRAAAKKKKK!!!!
Soo Bin yang bersembunyi di balik tembok gerbang
mulai bosan menunggu, ia bermaksud mengejutkan Yoon Hee saat ia masuk, tapi Yoon Hee terlalu lama. Akhirnya ia mengintip dan yang ia temukan adalah pemandangan dimana
banyak orang berkumpul membentuk kerumuhan dipojok
perempatan.
Soo Bin keluar dari tempat persembunyiannya.
Mematung melihat kerumunan itu, tenggorokannya serasa tercekat saat melihat
figura besar yang di bungkus kertas kado biru yang tadi bawa Yoon Hee ada di pinggir
trotoar. Kertas pembungkusnya robek, sehingga separuh gambar di dalamnya
terlihat. Kacanya pecah. Tampak gambar seulas senyum tipis yang terkena noda
merah segar.
Pikiran Soo Bin melayang tak karuan. Ia tidak
mau melihat apa yang terjadi disana, tapi kakinya terus saja melangkah
mendekati kerumuhan itu. Dengan langkah gontai ia menyakinkan dirinya kalau ini
tidak seperti yang ia bayangkan. Akhirnya ia sampai di pinggir kerumunan, tanpa
harus mendorong orang-orang menepi, seolah memberi jalan pada Soo Bin.
Soo Bin kembali
tercekat. Air mata tak berhenti
membasahi pipinya. Tubuh Yoon Hee terbaring kaku di tengah
kerumunan. Darah segar membasahi aspal di sekitar tubuhnya. Rambutnya berantakan
dan tersiram darah yang keluar dari kening dan
bagian belakang kepalanya. Hampir semua kulitnya yang
tidak terbungkus seragam tampak memar karna beradu keras dengan aspal.
Soo Bin jatuh tersungkur disamping tubuh Yoon
Hee. Mengguncang-guncang tubuh Yoon Hee.
Tak ada reaksi.
Ia berteriak memanggil Yoon Hee.
Masih tidak
ada jawaban.
Soo Bin menarik kepala Yoon Hee dalam
pelukaannya. Tangannya basah oleh darah saat meraih ponselnya di dalam saku,
menelfon 911.
“Temanku kecelakaan..” ujar Soo Bin dengan suara dan tubuh yang bergetar.
Sang operator sibuk menenangkan dan menanyakan
hal-hal yang Soo Bin tidak tahu jawabannya. Pikirannya kosong sekarang.
Soo Bin kehilangan kendali, terlambat sedetik
saja Yoon Hee tidak akan selamat, dengan mata yang mulai bengkak, ia berteriak,
“TEMANKU SEKARAT!!!!”
To be continue...
1 komentar:
ceritanya menarik....
Posting Komentar