Mobil Seung Joon akhirnya sampai ke tampat tujuan. Mereka sampai saat hari sudah mulai
gelap. Seperti biasanya, Seung Joon hanya mengantar
karna ia harus kembali ke asrama tepat waktu dan sepertinta ia akan terlambat
kali ini.
“Apa kau tidak mau masuk sebantar, oppa?” Tanya Eun Jung setelah melepas sabuk pengamannya.
“Tidak kali ini. Aku sudah terlambat, aku harus kembali sekarang.”
Katanya menolak dengan halus. “Aku harap Dae Goo juga
akan terlambat malam ini.” Harap Seung Joon.
Eun Jung mengerutkan kening. “Apa maksudmu?”
“Hari ini ia pergi makan malam dengan Seo Yeon.”
Eun Jung terdiam sejenak. “Oww..” jawabnya mencoba bersikap baik-baik saja.
Padahal hatinya kini terasa seperti cangkang telur yag mulai retak.
“Baiklah aku masuk dulu.” Kata Eun Jung berpamitan.
Ia tidak tahu sampai kapan cangkangnya mampu bertahan.
“Kang Eun Jung!”seru Seung Joon saat Eun Jung membuka pintu gerbang rumah mereka. Eun Jung berbalik
menghadap oppanya.
“Jaga dirimu baik-baik.” Ujarnya lembut.
Eun Jung mengangguk.
“Maaf, karna membiarkanmu tinggal seorang diri untuk waktu yang sangat
lama. Aku harap kau tidak marah ataupun benci. Aku akan berusaha untuk mendapat
kemudahan agar bisa menghabiskan lebih banyak waktu denganmu.” Ujar Seung Joon terdengar menyesal.
Eun Jung tersenyum. Itu sedikit menghiburnya. Mungkin oppa
memang menghawatirkannya. Ia mengangguk dan menjawab, “Aku akan baik-baik
saja.” Jawabnya lalu segera masuk.
Eun Jung merebahkan tubuhnya ke ranjang begitu masuk ke kamar. Ia termenung
memanang langit-langit kamarnya. Hari ini banyak hal yang membuatnya bingung
dan mengganngu pikirannya, tadi ia melihat oppanya memberikan sebuah tiket pada Ah Ra, ia
mendengar oppanya
mengucapka kata yang manis padanya, dan paranhya ia juga mendengar kabar
tentang laki-laki yang ia sukai sedang pergi bersama wanita lain
sekarang.
Tanpa bertanya ia sudah tahu tiket yang di berikan oppanya pada Ah Ra adalah
untuk berlibur bersama. Eun Jung benar-benar iri
pada Ah Ra. Ia sangat ingin menghabiskan waktu bersama oppanya, juga dengan Dae Goo.
Hah, pikiran ini benar-benar mengganggunya. Sebenarnya masalah yang
benar-benar mengganggu pikirannya sekarang adalah tentang Donghae. Ini hanya
liburan untuk oppa dan Dae Goo,
jika oppa
mendapat ijin untuk mengajak Ah Ra, itu berarti Ah Ra juga
akan mengajak seseorang, semoga saja Dae Goo tidak
mengajak Seo Yeon, karena wanita itu pasti memaksa ikut. Awalnya Eun Jung yakin kalau Dae Goo tidak
punya hubungan apapun dengan Seo Yeon, tapi stelah mendengar apa yang tadi oppsnya katakan ia
jadi ragu.
“Wanita centil itu pasti akan terus mengikuti Dae Goo seperti
penguntit kalau ikut. Dasar wanita menyebalkan.” Batin Eun Jung kesal.
Eun Jung bangun dan meraih gagang telefon di samping ranjangnya, menekan
tombol-tombol nomor pada telefon lalu menempelkannya di telinga.
“Yeobaseyo?” kata pria
diseberang begitu telefon mereka tersambung.
“Oppa,
ini Eun Jung.” Balas Eun Jung.
“Ah, Eun Jung. Ada apa?” Tanyanya.
“Tidak, aku hanya tidak bisa tidur.” Jawab Eun
Jung. “Kau dimana sekarang?” Tanya Eun Jung kemudian.
Di asramalah.”
Jawab Dae Goo terdengar tersinggung tanpa alasan.
Eun Jung tersenyum. “Benarkah? Baguslah.” Ujarnya, merasa sedikit
tenang mendengarnya.
“Menurutmu aku dimana? Oppamu
lah yang dimana, kenapa ia belum pulang?” Tanya Dae Goo.
“Pulang? Rumah mana yang kau maksu, oppa? Tanya Eun Jung sedikit kesal.
“Maaf, maksudku asrama.” Ralat Dae Goo bersalah.
Tidak aneh kalau Eun Jung tersinggung. Setelah kepergian kedua orang
tuanya yang tiba-tiba ia harus pindah kembali ke tampat ia dilahirnya yang
sudah ia tinggalkan hampir sembilan tahun, sejak ia berumur sepuluh tahun. Dan Seung
Joon seharusnya menghabiskan waktu labih banyak di rumah bersamanya, seperti oppa-oppa yang lainnya, tapi dia malah
harus meninggalkan Eun Jung seorang diri bahkan saat mereka masih dalam masa
berkabung. Ia pasti kesepian, tinggal seorang diri selama hampir dua tahun di
tempat yang seharusnya tidak asing, dan hanya bisa bertemu dua sampai tiga jam
sehari dengan satu-satunya keluarga yang ia miliki.
“Dia baru saja kembali.” Eun Jung memberi tahu.
“Hmm, begitu.” Gumam Dae Goo. “Oh, ya, ada apa kau menelfonku di saat
seperti ini? Jangan harap aku akan percaya dengan alasan konyolmu tadi. Mana
mungkin kau pergi tidur jam segini, ini masih sore.. Apa kau sakit atau merasa
kurang sehat?”
“Tidak.”
“Baguslah kalau begitu.” Balas Dae Goo. “Lalu ada apa? Apa ada sesuatu
yang mengganggu pikiranmu?” Tanyanya –yang lebih mirip menebak dengan lembut.
Eun Jung terdiam sejenak, “Apa kalian akan benar-benar berlibur?”
“Rencananya begitu. Kau tahu dari mana, apa hyung yang memberi tahumu?”
“Tidak, aku tahu dari Ah Ra.”
“Ah Ra? Han Ah Ra? Dia pacar hyung,
kan?”
“Ya.” Jawab Eun Jung lemah.
“Darimana dia tahu?”
“Dia pacar oppaku, sudah
pasti dia tahu. Lagi pula oppa akan
mengajaknya.”
“Benarkah?” Tanya Dae Goo heran. “Aku pikir hyung akan mengajakmu, ternyata dia mengajak Ah Ra.”
“Iya.” Eun Jung kembali diam.
“Eun Jung?” panggil Dae Goo.
“Ya.” Jawab Eun Jung.
“Sepertinya kau benar-benar bermasalah.”
“Apa?” pekik Eun Jung.
“Pasti ada sesuatu yang membuatmu seperti ini, katakan padaku apa
itu.” Perintah Dae Goo.
“‘Seperti ini’ itu apa maksudnya?” Tanya Eun Jung tak mengerti. “Aku
baik-baik saja, oppa. Percayalah.”
Tambanhya kemudian.
“Kau tiba-tiba jadi aneh. Kau lebih banyak diam.” protesnya terdengar
sedikit kesal.
“Aku sudah aneh sejak dulu. Bahkan sejak aku baru di lahirkan. Kau
puas?” Tanya Eun Jung tersulut emosi.
Diseberang sana terdengar suara tawa Dae Goo. “Kau jadi sangat
sensitive, tapi itu lebih baik. Aku lebih yakin kalau kau
baik-baik saja setelah mendengarmu seperti ini dari mendengar penjelasanmu yang
bertele-tele.” Jawabnya puas. “Tapi aku tidak bermaksud seperti menghina, aku
hanya ingin sedikit menghiburmu.”
“Yayaya,” balas Eun Jung seolah tahu.
“Liburan besok kau mengajak siapa, oppa?”
Tanya Eun Jung harap-harap cemas.
Walaupun mungkin ia akan menyebutkan nama wanita centil itu, tapi Eun
Jung tetap berharap semoga nama itu tidak akan ia sebut.
“Aku akan pergi dengan Seo Yeon.” Jawab Donghae.
“Sial, ternyata benar.” Batin Eun Jung.
Tiba-tiba ia merasa matanya mulai basah. Ia tahu ini air mata, tapi
kenapa? Ia sudah tahu kalau Donghae akan mengajak Seo Yeon, dia sudah
mempersiapkan diri untuk mendengar jawaban itu. Awalnya ia yakin kalau ia akan
baik-baik saja, tapi sekarang ia tidak merasa dalam keadaan baik. Ia akan
mempermalukan dirinya dengan membiarkan Dae Goo mendengar suara tangisannya
kalau ia tidak segera mengakhiri perbincangan yang melelahkan ini.
“Dulu aku pernah berjanji akan mengajaknya ke Jeju suatu saat nanti,
dan tadi ia menagih janjiku.” Tambah Dae Goo menjelaskan.
“Hmmm.. Begitu. Baiklah, aku tiba-tiba mengantuk oppa.” Kata Eun Jung berbohong dan pura-pura menguap. “Terima kasih
sudah menemani orang aneh sepertiku. Selamat malam, oppa.” Tambah Eun Jung kemudian.
Dae Goo tertawa kecil. “Ya, terima kasih kembali. Selamat malam,
semoga kau mimpi indah, gadis manis.”
“Hmm..”
Eun Jung langsung menutup telefonnya dan menenggelamkan wajahnya ke
bantal dan..
TANGGULNYA JEBOL!!!
Seung Joon sampai di asrama tidak lama setelah Dae Goo mengakhiri
pembicaraannya dengan Eun Jung. Kini ia sedang merebahkan tubuhnya di sofa di
samping Dae Goo duduk untuk menulis beberapa lirik lagu.
“Kau darimana saja, hyung?
Kenapa baru sampai?” tanyanya menghentikan kegiatannya.
Seung Joon menegakkan tubuhnya untuk duduk. “Apa maksudmu, tentu saja
menjemput Eun Jung.”
“Tapi kau makan waktu lebih lama dari biasanya.”
“Hah?”
“Kira-kira setengah jam yang lalu Eun Jung menelfonku. Dan ia bilang kau sudah berangkat
kembali ke asrama saat ia menelfonku.” Jawabnya.
“Eun Jung menelfonmu?” Tanya Seung Joon sedikit terkejut.
Dae Goo mengangguk.
“Dia bicara apa?” Tanya Seung Joon tiba-tiba serius.
“Hanya menelfon seperti biasanya. Menanyakan beberapa hal.”
“Hal apa?” menyelidik.
Dae Goo mengerutkan kening. “Tentang liburan kita ke Jeju.” Jawabnya
ragu. Ekspresi wajah Seung Joon membuatnya merasa aneh. “Dia bilang kau
mengajak Ah Ra. Apa itu benar?” tanyanya menambahkan.
Seung Joon mengangguk kaku.
“Aku kira kau akan mengajak Eun Jung.”
Seung Joon terdiam.
“Kenapa tidak mengajak Soo Bin saja?” Tanya Dae Goo. “Sepertinya dia
sangat ingin ikut.” Tambahnya.
Seung Joon kini menglayangkan pandangan tajam. “Kenapa semua bertanya
seperti itu, bahkan ahera sendiri juga menanyakan hal yang sama padaku.”
Tanyanya dengan kesal.
“Aku hanya bertanya, hyung.”
“Kenapa kau bertanya seperti itu? Kau bilang Eun Jung ingin ikut, apa
dia mengatakannya sendiri?”
“Tidak, tapi..”
Seung Joon memotong sebelum Dae Goo selesai menjawab, “Bagus. Sekarang
kau jangan lagi bicara seolah kau tahu segalanya, karna tidak tahu apapun
tentangnya.” Tegas Seung Joon.
Hari berlalu dengan sangat lambat. Ini terasa menyebalkan. Eun Jung merasa sangat malas pergi ke sekolah hari ini. Besok oppanya, sahabatnya, laki-laki yang mungkin ia sukai dan wanita yang ia tidak suka akan menghabiskan akhir pekan di tempat seindah Pulau Jeju.
Eun Jung merasa sangat lemas sepanjang pelajaran ini. Beberapa kali Eun
Jung mencoba menggodanya, tapi ia tidak tertarik dengan lelucon itu sekarang. Ah
Ra tampaknya sadar kalau suasana hati sahabatnya sedang tidak baik, itu
sebabnya ia membiarkan Soo Bin sendiri untuk beberapa saat. Ia mungkin tahu
alasan dari perubahan suasana hatinya.
Kini akhirnya jam pulang sudah tiba. Eun Jung meraih tasnya dan
berjalan gontai menuju pintu keluar, tapi Yoon Hee menghentikannya.
“Ada apa?” Tanya Eun Jung dengan lemas.
Ah Ra tersenyum lembut dan mengambil sesuatu dari tasnya lalu
memberikannya pada Eun Jung. “Ambil ini.” Perintah Ah Ra lembut.
Eun Jung melihat barang yang di berikan Ah Ra. Ia terbelalak untuk
sesaat lalu mengerutkan kening pada Yoon Hee.
“Kau bilang waktu tidak pernah datang untukmu dan oppa, dan aku juga sudah pernah bilang, kalau kau bisa membuatnya.
Mungkin kau tidak bisa membuatnya seorang diri, jadi aku mencoba membantumu.”
Kata Ah Ra dengan senyum lembutnya.
“Ini tidak lucu, Ah Ra. Jangan menggodaku.” Serga Eun Jung tidak
percaya.
“Tentu saja tidak lucu, aku kan memang tidak sedang melawak.”
“Hwang Yoon Hee!” seru Eun Jung.
Ah Ra tersenyum lebih lebar. “Maaf, aku serius. Ambilah, kau harus
memperbaiki semuanya.”
“Tapi oppa memberikannya
padamu dan mungkin dia akan marah padaku.”
“Ia tidak akan marah. Ia tidak punya hak untuk marah. Karna tiket
milikku dan aku memberikannya padamu. Tiket ini sekarang jadi milikmu. Kita
berdua tahu, yang jadi masalah bukan sekedar tiket, kalau hanya masalah tiket
aku yakin kita bisa membelinya sendiri, tanpa harus mengoper tiket ini dari
satu tangan ke tangan yang lain, tapi ini liburan idol terkenal. Pihak label
pasti akan sangat berhati-hati dengan, jadi akan jadi lebih mudah kalau kau
pergi dengan tiket ini. Di dalamnya juga ada alamat hotel tempat oppa menginap.” Ah Ra menjelaskan dengan
penuh kesabaran. “Juga tempat Dae Goo..” tambahnya dengan menyunging senyum
penuh arti.
“Ah Ra..” gumam Eun Jung. Matanya mulai berkaca-kaca. “Apa yang harus
aku lakukan untuk semua yang kau berikan padaku, Ah Ra?” Tanya Eun Jung dengan
suara parau.
Ah Ra kembali tersenyum lalu memeluk sahabatnya. “Aku hanya ingin
senyum kembali mengembang di wajahmu. Dan aku ingin hubungan mu dengan oppa dan Dae Goo akan semakin baik.”
Jawab Ah Ra.
“Terima kasih..” air mata Eun Jung tumpah di pelukan Ah Ra.
Ah Ra menepuk pelan bahu sahabatnya, “Terima kasih kembali.”
To be continue...
0 komentar:
Posting Komentar